Friday
Welcome Indonesia Air Force One
AFB – Pesawat berwarna biru langit itu mendarat mulus di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pukul 10.00 WIB, Kamis 10 April 2014. Tulisan "Republik Indonesia" diakhiri logo burung Garuda terpampang di sisi kanan dan kiri pesawat.
Posisinya persis di atas jejeran jendela penumpang dan dekat pintu masuk bagian depan pesawat.
Garis lengkung merah putih, sewarna bendera RI, bagai membelah badan pesawat menjadi dua bagian, memisahkan warna biru langit di punggung pesawat dengan warna putih di perut pesawat. Sementara itu, logo bendera Merah Putih terpancang di bagian ekor pesawat.
Itulah pesawat kepresidenan Republik Indonesia buatan Boeing, Amerika Serikat, yang dibeli RI seharga Rp820 miliar, dan mulai dibuat sejak 2011. Pesawat ini tiba di Tanah Air enam bulan menjelang berakhirnya masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan demikian, SBY hanya punya sedikit waktu untuk merasakan terbang bersama pesawat baru ini.
Media Malaysia Tuduh Indonesia Terlibat Atas Hilangnya Pesawat MAS MH370
AFB - Karena Putus asa, Media Malaysia tuduh Indonesia terlibat atas insiden hilangnya pesawat Malaysia MH370.
Media Malaysia yang mendukung pemerintah, Utusan Malaysia, membuat tuduhan spekulatif mengenai hilangnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370. Mereka menuduh Indonesia terlibat dalam insiden ini.
Utusan Malaysia mengeluarkan tuduhan tersebut berdasarkan situs teori konspirasi Cabal Times. Dalam spekulasinya, situs tersebut menyebutkan pesawat MH370 terbang ke Pangkalan Militer Amerika Serikat (AS) di Diego Gracia.
Menurut Cabal Times yang ditelan mentah-mentah oleh Utusan Malaysia, radar Indonesia sudah pasti mengetahui keberadaan dari pesawat tersebut. Utusan menyebutkan Indonesia memiliki perjanjian kerja sama rahasia dengan AS, sehingga tidak memberi tahu data radar yang menunjukkan keberadaan pesawat Malaysia Airlines.
Thursday
Military News: Indonesian firm wins PAF aircraft supply deal
AFB - The Air Force is acquiring two new light lift aircraft from Indonesia to boost the delivery of supplies and personnel to remote areas.
Indonesian firm PT Dirgantara Indonesia has won the bidding for the light lift fixed-wing aircraft acquisition project, worth P814 million.
The STAR learned that the defense department issued the notice of award for the project early this month.
Air Force spokesman Col. Miguel Okol said the aircraft could land even in areas that do not have airstrips.
Larger planes like the C-130 and medium lift fixed-wing planes require long runways.
“The light lift fixed aircraft can bring more goods than helicopters.
It can operate in areas with small runways,” Okol told The STAR yesterday.
He said the plane is more flexible, particularly during disaster response operations.
Monday
Filipina Pesan Pesawat Militer NC212i Buatan PT.Dirgantara Indonesia
AFB - Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen pesawat, PT Dirgantara Indonesia (PTDI), berhasil memenangkan tender pengadaan pesawat untuk militer Filipina.
Perusahaan milik negara yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat, ini siap menjual 2 unit pesawat tipe NC212i dengan nilai US$ 18 juta atau setara 820 juta peso.
"Kita menang 2 unit NC212i di proyek Light Lift Aircraft nilai budget US$ 18 juta," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh dalam keterangannya.
Tender pengadaan pesawat ini diadakan oleh Kementerian Pertahanan Filipina untuk keperluan Angkatan Udara.
Wednesday
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Serahkan Pesawat CN235 MPA Pesanan TNI AL
Pesawat R80 (Neo N-250) Terbang Perdana Tahun 2016
AFB - NAM Air, Maskapai Group Sriwijaya Air berencana memakai pesawat R80 (Neo N-250) yang saat ini dikembangkan PT Regio Aviasi Industri. Menurut Direktur Utama Sriwijaya Air Chandra Lie, pihaknya yakin dengan pesawat R80 yang merupakan produk dalam negeri dan ingin menjadikan NAM sebagai maskapai pertama yang menggunakannya.
Thursday
Welcome T-50i Golden Eagle
Saturday
Pesawat Masa Depan Mampu Tembus Hingga Luar Angkasa
Monday
Konsep Pesawat Tempur Kerjasama Indonesia-Korea Selatan
Saturday
Mengenal “N-250" Pesawat Pertama Buatan Indonesia

Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN.
Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.
Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkan nya Sistem fly-by wire.
Wednesday
Pesawat Made in Bandung di Minati Negara Asean
AFB - Pesawat terbang produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero) ternyata dibutuhkan dan diincar oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Pasca melakukan ASEAN Roadshow dari tanggal 22-31 Mei 2013 ke 6 negara Asia Tenggara, pesawat terbang tipe CN235, NC212 dan CN295 versi sipil dan militer yang diproduksi di Bandung Jawa Barat tersebut masuk daftar pesawat yang telah dan akan digunakan oleh beberapa negara.
Direktur Niaga dan Restrukturisasi Dirgantara Indonesia Budiman Saleh menjelaskan, saat kunjungan ke Filipina, terdapat kebutuhan pengadaan program pesawat berbadan kecil dan sedang seperti Light Lift Aircraft NC212/NC212i military transport dan rencana pengadaan program Long Range Patrol Aircraft CN235 Anti Submarine Warfare (ASW). Filipina juga melirik pesawat versi terbaru Dirgantara Indonesia yakni CN 295.
"Sebagai catatan, PTDI sudah memiliki pengalaman memproduksi 20 unit Maritime Surveillance Aircraft (MSA), Maritime Patrol Aircraft (MPA) dan Anti Submarine Warfae (ASW) dengan menggunakan platform CN235. Pengadaan kedua jenis pesawat di atas sudah dipilih oleh user untuk menggunakan skema G2G antar pemerintah Pilipina dan Indonesia. Rencana pengadaan program Medium Lift Aircraft CN295. Diharapkan ketiga program tersebut dapat dilaksanakan secepatnya," ucap Budiman.
Monday
Senegal Berminat Membeli Pesawat CN-235 220 Buatan Bandung
"Hal itu ditegaskan Menteri Angkatan Bersenjata Senegal Augustine Tine saat bertemu delegasi Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) antara DPR dan Parlemen Senegal di Kantor Kementerian Angkatan Bersenjata Senegal," kata Pimpinan Delegasi DPR Tantowi Yahya.
Pemerintah Senegal juga ingin memulai kerja sama di bidang pertahanan. Melalui pelatihan bagi perwira militer dan polisi. Selain juga upaya penguatan kerja sama di bidang politik terkait pemilu dan peran parlemen.
Friday
Pesawat Tempur Rancangan PT DIRGANTARA INDONESIA
AFB - Diam-diam, Indonesia Rancang Pesawat Tempur Sejak 2010 Indonesia terus berusaha meningkatkan persenjataan militernya, termasuk juga membangun pesawat tempur sendiri. Saat ini Indonesia masih mengandalkan pembelian pesawat tempur dari Rusia yakni Sukhoi 30.
Vice President Corporate Communication PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Sonni Ibrahim mengatakan, sejak 2010 lalu Indonesia sudah mulai merancang pesawat tempur sendiri.
"Indonesia saat ini sudah memulai proses perancangan pesawat tempur. Proyek ini sudah dimulai sejak 2010 lalu," kata Sonni ketika ditemui detikFinance diacara Airshow The 12th Langkawi Internasional Maritime and Exhibition, Malaysia.
Proyek ini merupakan proyek negara dan PT DI sebagai BUMN produsen pesawat ikut berpartisipasi di dalamnya.
"Saat ini prosesnya sudah menyelesaikan tahap I yakni tahap teknologi dan development. Tahap ini dimulai sejak 2010 lalu dan Desember 2012 sudah selesai. Saat ini kita masuk dalam tahap ke II yakni Tahap Go no Go," ungkap Sonni.
Seperti diketahui, Indonesia terus meningkatkan peralatan militernya, sejak 2012-2014 setidaknya akan ada 60 pesawat tempur berbagai jenis dimiliki Indonesia. Indonesia juga saat ini mempunyai beberapa pesawat tempur mulai dari F5, F16, Sukhoi, Su30, dan lainnya.
RI Butuh 11 Tahun Untuk Rancang Pesawat Tempur Sendiri
Indonesia diam-diam tengah merancang pesawat tempur sendiri dengan melibatkan BUMN produsen pesawat PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sejak 2010. Butuh waktu 11 tahun untuk menyempurnakan rancangan pesawat tempur ini.
Adapun pesawat tempur yang sedang dirancang Indonesia bernama Indonesia Fighter X (IFX). "Namanya IFX yakni Indonesia Fighter X. Jadi X itu nanti nama seri tersendiri," kata Vice President Corporate Communication PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Sonni Ibrahim kepada detikFinance ketika ditemui di acara Airshow The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition, Malaysia.
"Proyek ini dimulai sejak 2010, sekarang sedang memasuki tahap ke II yakni tahap Go no Go," ucapnya.
Setidaknya untuk menyelesaikan proyek IFX ini harus melalui 4 tahapan.
"Tahapan I Teknologi and Development, tahap ini sudah selesai pada Desember 2012, lalu Tahap II Go no Go saat ini kita ditahap ini, Tahap III yakni tahap Enginering Development, Prototipe dan Sertifikasi dan tahap terakhir tahap IV produksi, semuanya ini memakan waktu 11 tahun, dan Indonesia akan punya pesawat tempur buatan sendiri," ungkapnya lagi.
Saat ini peran PT DI bersama TNI dan pemerintah adalah ikut mendesain IFX. "Kami (PT DI) sudah mulai kerja dengan memasuki tahap kerja detil," tandasnya.
Detik.
Wednesday
PT.DIRGANTARA INDONESIA Joint Development NC212i Dengan AIRBUS MILITARY

Jakarta (AFB) - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dengan Airbus Military baru saja melakukan Joint Development untuk pembagunan pesawat NC212i. Hal ini menandakan bahwa PT DI sudah setara dengan Airbus.
"Hari ini kita tandatangan joint development dengan Airbus Military untuk produksi pesawat NC212i," ucap Direktur Utama PT DI Budi Santoso ketika ditemui di The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace Exhibition (LIMA '13), Langkawi, Malaysia.
Dikatakan Budi, penandatanganan tersebut merevisi dari kerjasama pembangunan pesawat yang dulu namanya CASA ini hanya berupa lisensi saat ini menjadi profit sharing. "Jadinya, produksi NC212i ini tidak lagi di Prancis tetapi di Indonesia.
Walaupun sama-sama produksi pesawat yang sama, PT DI dengan Airbus Military melakukan pemasaran yang berbeda. "NC 212i buatan PT DI hanya boleh jual di Asia Pasific, kalau Airbus hanya boleh jual di Afrika, Amerika Timur dan Eropa. Tidak bersaing seperti dulu lagi.
Detik.
Tuesday
Turki Punya Pesawat Anti Kapal Selam Buatan PT Dirgantara Indonesia
"Turki itu punya pesawat buatan kita yang diciptakan untuk anti kapal selam," kata Vice President Corporate Communication PT Dirgantara Indonesia, Sonni Ibrahim, ketika ditemui disela acara The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition 2013 (LIMA '13), Malaysia.
Dikatakan Sonni, pesawat tersebut memang didesain khusus untuk anti kapal selam karena memiliki dua buah torpedo.
"CN235 ASW ini memiliki sonar dan radar yang bisa mendeteksi keberadaan kapal selam musuh, ketika terdeteksi musuh di dalam laut, dari atas pesawat torpedo dijatuhkan dan dibelakang torpedo ada parut nya, setelah jatuh ke laut torpedo langsung mengejar musuh karena juga memiliki radar di dalamnya," ungkap Sonni.
Selain itu, Turki juga punya pesawat buatan PT DI jenis CN235 yang tidak memiliki torpedo.
"CN235 yang biasa juga beberapa dimiliki Turki, Malaysia juga ada, ini yang tanpa rudal, tapi kegunaannya untuk mendeteksi keberadaan musuh, CN235 ini seperti komando, menentukan target musuh dimana, berapa pasukan yang perlu dibawa, pesawat jenis apa yang digunakan untuk menyerang," jelas Sonni.
Namun sayangnya, negara seluas Indonesia dan produknya dibuat sendiri di dalam negeri, tetapi tidak ada satu pun jenis CN235 ASW yang dimiliki Indonesia. "Indonesia belum punya," tandas Sonni.
Saturday
TIM AEROBATIK TNI-AU ADU JAGO DENGAN PENERBANG EROPA DAN AMERIKA DI LANGKAWI
AFB - Indonesia mengirim tim aerobatik TNI-AU ke ajang Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA). Mereka akan adu kehebatan dengan sejumlah penerbang lain di Eropa dan Amerika. Siapa menang?
Acara LIMA digelar mulai tanggal 26-30 Maret 2013. Tim Indonesia diberi nama Aerobatic Jupiter. Peserta LIMA terdiri dari negara negara di Asia Pasifik.
Indonesia mengirim enam pesawat dengan masing-masing dua penerbang. Satu pesawat cadangan disiapkan untuk mengantisipasi kerusakan. Jenis pesawat yang dikirim berjenis KT1 Wong Bee, buatan Korea tahun 2006. Di Indonesia, pesawat ini ada 16 unit.
"Ini ajang untuk menunjukkan pilot - pilot kita punya kemampuan. Mereka tampil baik sekali," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro, dalam keterangan pers di Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur.
Bagi Purnomo, sudah saatnya Indonesia tampil untuk menunjukkan kualitas tempurnya. Dia yakin, kemampuan pasukan TNI-AU tidak kalah dengan negara lain di Eropa dan Amerika.
"Walaupun ini dalam bentuk acrobatic show, tim Jupiter, tapi publik luar akan bisa mengukur seberapa kemampuan pilot kita. Di sana nanti akan hadir tim dari Prancis, Amerika, Eropa, kita akan bersaing," jelasnya.
KSAU Marsekal Madya Ida Bagus Putu Dunia mengatakan, para penerbang akan menampilkan 18 manuver. Namun bila cuaca buruk, kemungkinan akan dikurangi. "Mohon doa restu agar kemampuan mereka bisa ditampilkan dan kembali dengan selamat. Kami sudah sampaikan pada penerbang, bahwa ini misi negara," terangnya.
Komandan Tim Jupiter, Kolonel Penerbang Dedy Susanto, menuturkan tim sudah latihan setiap hari. Dengan pesawat buatan Korea Selatan itu, dia yakin tim akan berbuat banyak di ajang bergengsi tersebut.
Thursday
Indonesia to Buy More Russian Jet Fighters
Jakarta (AFB) - Indonesia plans to buy more than a dozen Russian Sukhoi fighter jets and domestically made, missile-equipped patrol ships as part of a $15 billion five-year campaign to modernise its military, defence officials said on Wednesday.
Southeast Asia's largest economy has sharply increased its defence budget since 2010 as the military looks to bolster its capacity to protect shipping lanes, ports and maritime boundaries.
Indonesia is also wary of being left behind as China , Singapore, Vietnam, Thailand and other Asian nations ramp up defence spending.
Defence Minister Purnomo Yusgiantoro said Indonesia wanted to buy a full squadron of the Sukhoi fighter jets and the patrol boats. He also warned delegates at a military conference that rapidly increasing military spending and stronger defence capabilities in the region could sow distrust and fuel rivalry.
"If this is not accompanied by enhanced transparency that improves trust and confidence, it could run the risk of an arms race that adversely impacts on peace and stability," he said.
Another Indonesian military official said the plan was to buy as many as 16 more Russian Sukhoi fighter jets, 17 patrol vessels, three light frigates and an undisclosed number of tanks and missiles.
Indonesia also planned to upgrade a squadron of U.S.-made F-16s. Indonesia already has more than 10 Sukhoi jets. Last October, the Defence Ministry said it was set to buy 130 Leopard 2 tanks from Rheinmetall AG of Germany worth a total of $280 million.
Indonesia, a vast nation of islands with key sea lanes and 54,700 km (34,000 miles) of coast, has also ordered three submarines from South Korea to expand its fleet to five. Defence spending in 2012 stood at 72.5 trillion rupiah ($7.54 billion), up 30 percent from 2011. It is expected to rise to 77.7 trillion rupiah in 2013.
Airbus Gandeng PT Dirgantara Indonesia Produksi A320 Lion Air
AFB - Pemesanan 234 unit Airbus A320 oleh maskapai Lion air membawa berkah bagi PT Dirgantara Indonesia. PT Dirgantara Indonesia sejak 2008 lalu telah menjadi pemasok dan memproduksi hidung dan bagian depan sayap ( engine pylons) berbagai varian A320.
Airbus menyatakan A320 yang diproduksi di Eropa memiliki kontribusi besar dari berbagai pemasok di seluruh dunia. Sedangkan PT Dirgantara Indonesia telah terlibat sebagai salah satu pemasok utama berbagai program Airbus.
"PT Dirgantara Indonesia telah memproduksi suku cadang untuk hidung dan bagian depan sayap A320," kata Juru Bicara Airbus dalam surat elektroniknya.kepada VIVAnews , Kamis 21 Maret 2013.
Selain A320, PT Dirgantara Indonesia juga memproduksi sayap bagian depan A380, pesawat komersil terbesar di dunia saat ini. PT Dirgantara Indonesia juga memproduksi beberapa bagian sayap A350 XWB ( extra wide body) terbaru. Pada 2012 lalu, Airbus juga telah mempercayakan PT DI untuk melakukan frame struktural metalik bagian hidung pesawat A350-1000 yang akan mulai beroperasi pada 2017 mendatang.
"Semua pesawat produksi Lion Air akan dirakit di Eropa dan akan dikirim ke Indonesia melalui fasilitas Airbus di Toulouse dan Hamburg," katanya.
Saat dikonfirmasi, Direktur Produksi PT Dirgantara Indonesia, Supra Dekanto, menjelaskan PT Dirgantara Indonesia telah memegang kontrak pembuatan bagian sayap A320 sejak 2008 lalu dan berlaku selama 10 tahun. Rata-rata setiap bulannya PT Dirgantara Indonesia memproduksi dan mengirim 12 bagian sayap senilai Rp7 miliar ke Inggris.
"Kontrak untuk A320 dan A380 berlaku selama 10 tahun. Sedangkan kontrak untuk bagian pesawat A350 untuk 300 unit dan itu baru permulaan," katanya.
Ia mengakui maraknya pengguna A320 di Indonesia memberikan dampak positif bagi PT Dirgantara Indonesia. PT Dirgantara Indonesia kebanjiran pesanan dari Airbus untuk membuat bagian sayap dari A320. "Untuk pembuatan sayap A350 baru permulaan, kami berharap akan ada kontrak jangka panjang," katanya.
viva.