Jared seorang penganut Kristen. Namun, ia tidaklah menjalani kewajiban sebagaimana penganut Kristen lainnya. Ia hanya memandang ajaran Kristen sebatas tradisi. "Saya memang merayakan Natal atau Paskah. Tapi urusan spiritual tidak jadi prioritas," kata dia seperti dikutip Onislam.net, Ahad (10/3). Perkenalannya dengan Islam berawal dengan pemberitaan media massa AS. Saat itu, banyak informasi yang ia dapat. Ini yang membuatnya tidak perlu lagi berkomunikasi dengan Muslim.
Namun, cerita itu berubah ketika ia bekerja di sebuah pasar swalayan di Fort Collins. Di sana, pandangan negatif tentang Islam yang banyak ia dengar dari pemberitaan media massa AS gugur dengan sendirinya. "Satu alasan pengetahuan saya tentang Islam adalah karena media massa AS mengatakan pada saya ada orang di luar sana yang mencoba untuk menyakiti saya, dan orang itu disebut Muslim," kata dia. Ia coba meredam apa yang diketahuinya dengan mempelajari agama dunia Timur. Ia pelajari Hindu, Sikh dan lainnya.
Namun, Islam luput dari perhatiannya. Beruntung baginya, ada seorang Muslim yang membantunya untuk mempelajari tentang Islam. Muslim itu memberikannya salinan Mushaf Alquran. "Ketika saya membacanya, saya teringat dengan apa yang disampaikan dalam perjanjian lama," kata dia. Setelah itu, ia coba untuk menggali lebih dalam. Ketika ia datang, tepat hari Jumat. Saat itu, setiap Muslim begitu sibuk, ada yang tengah membersihkan jalan-jalan, lalu ada yang menyiapkan karpet. Apa yang dilihatnya membuat Jared terkesan. "Mereka seperti keluarga. Apa yang tengah mereka persiapkan," kata dia.
Dari sekian hal yang berkesan baginya adalah Islam meyakinkan nya tentang hakikat kebenaran. Ini yang tidak didapatkan nya ketika bertanya tentang ajaran Kristen kepada pemuka agama. "Nabi Muhammad sendiri mempersilakan kita untuk bertanya tentang kebenaran Islam," kata dia. Dari perbincangan itu, ia menyimpulkan, Islam adalah agama yang tepat. Tak lama, ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat. Usai mengucapkan syahadat, ia mencoba untuk memberitahu orang tuanya terkait keputusannya menjadi Muslim.
Di awal, orang tua Jared tidak berkenan dengan keputusan buah hatinya itu. "Ibu saya selalu mengatakan Islam itu agama teroris. Hingga saat ini, ibuku belum menerima keputusanku," kata dia. Meski begitu, hubungan kurang harmonis dengan orang tuanya tidak berdampak pada kerabatnya yang lain. Dalam setiap kesempatan, Jared selalu menjelaskan identitas nya Ia katakan tidak lagi mengkonsumsi daging babi atau menenggak alkohol. "Saya selalu mencoba untuk memberitahu siapa saya, dan tidak ada perubahan apapun terkait identitas baru saya," kata dia. Itu pula yang dilakukannya di lingkungan pekerjaan. Ia selalu mencoba menjelaskan identitas nya sebagai Muslim. Ia tolak untuk menjual daging babi dan alkohol, kendati itu adalah tugasnya. "Saya akan melakukan apapun untuk tidak melanggar apa yang ditetapkan agamaku," tegasnya.
Sumber: republika.co.id
Namun, cerita itu berubah ketika ia bekerja di sebuah pasar swalayan di Fort Collins. Di sana, pandangan negatif tentang Islam yang banyak ia dengar dari pemberitaan media massa AS gugur dengan sendirinya. "Satu alasan pengetahuan saya tentang Islam adalah karena media massa AS mengatakan pada saya ada orang di luar sana yang mencoba untuk menyakiti saya, dan orang itu disebut Muslim," kata dia. Ia coba meredam apa yang diketahuinya dengan mempelajari agama dunia Timur. Ia pelajari Hindu, Sikh dan lainnya.
Namun, Islam luput dari perhatiannya. Beruntung baginya, ada seorang Muslim yang membantunya untuk mempelajari tentang Islam. Muslim itu memberikannya salinan Mushaf Alquran. "Ketika saya membacanya, saya teringat dengan apa yang disampaikan dalam perjanjian lama," kata dia. Setelah itu, ia coba untuk menggali lebih dalam. Ketika ia datang, tepat hari Jumat. Saat itu, setiap Muslim begitu sibuk, ada yang tengah membersihkan jalan-jalan, lalu ada yang menyiapkan karpet. Apa yang dilihatnya membuat Jared terkesan. "Mereka seperti keluarga. Apa yang tengah mereka persiapkan," kata dia.
Dari sekian hal yang berkesan baginya adalah Islam meyakinkan nya tentang hakikat kebenaran. Ini yang tidak didapatkan nya ketika bertanya tentang ajaran Kristen kepada pemuka agama. "Nabi Muhammad sendiri mempersilakan kita untuk bertanya tentang kebenaran Islam," kata dia. Dari perbincangan itu, ia menyimpulkan, Islam adalah agama yang tepat. Tak lama, ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat. Usai mengucapkan syahadat, ia mencoba untuk memberitahu orang tuanya terkait keputusannya menjadi Muslim.
Di awal, orang tua Jared tidak berkenan dengan keputusan buah hatinya itu. "Ibu saya selalu mengatakan Islam itu agama teroris. Hingga saat ini, ibuku belum menerima keputusanku," kata dia. Meski begitu, hubungan kurang harmonis dengan orang tuanya tidak berdampak pada kerabatnya yang lain. Dalam setiap kesempatan, Jared selalu menjelaskan identitas nya Ia katakan tidak lagi mengkonsumsi daging babi atau menenggak alkohol. "Saya selalu mencoba untuk memberitahu siapa saya, dan tidak ada perubahan apapun terkait identitas baru saya," kata dia. Itu pula yang dilakukannya di lingkungan pekerjaan. Ia selalu mencoba menjelaskan identitas nya sebagai Muslim. Ia tolak untuk menjual daging babi dan alkohol, kendati itu adalah tugasnya. "Saya akan melakukan apapun untuk tidak melanggar apa yang ditetapkan agamaku," tegasnya.
Sumber: republika.co.id
No comments:
Post a Comment
Sorry .....
Comments received will be moderated in advance. Suggestions, Criticism and rejection can you comments it during use wise words and not SARA contains elements or word- profanity, comments will displayed.
Thanks...