Thursday

Mengenang Kisah Pak Soeharto di Bosnia


AFB - PADA TAHUN 1995, pak Soeharto melakukan perjalanan bersejarah dan berbahaya ke Sarajevo, ibukota Bosnia Herzegovina. Kawasan bekas Yugoslavia itu dilanda perang saudara yang melibatkan pasukan Serbia-Kroasia dan Serbia-Bosnia. Kedua pihak mengerahkan pasukan dan persenjataan berat, termasuk serangan mortir dan artileri besar-besaran. Saat itu perang Balkan sedang menghangat.

Tekad Pak Harto untuk berkunjung ke Bosnia sudah bulat. Perjalanannya ke Sarajevo tersebut setelah menghadiri KTT untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen, Denmark, dan kunjungan balasan ke Kroasia. Ketika rombongan Presiden RI tiba di Eropa, belum ada kepastian bisa tidaknya rombongan itu ke Bosnia.

Dalam suasana belum pasti itu, sebuah pesawat milik PBB yang melintas di Bosnia ditembak jatuh pada 11 Maret 1995.Kejadian itu memberikan tekanan yang tinggi bagi rombongan Indonesia yang ingin ke Bosnia tersebut. Namun, Soeharto memutuskan tetap pergi ke medan tempur itu pada 13 Maret, atau dua hari setelah pesawat PBB ditembak jatuh.

Soeharto datang ke Sarajevo untuk menemui pemimpin Bosnia Alija Izetbegovic tanpa mendapat jaminan keamanan dari Nato, PBB maupun Eropa. Bahkan semua yang berada di pesawat diminta menandatangani ‘kontrak mati’ bahwa keselamatan mereka tidak ada yang menjamin.

“Ada surat perjanjiannya bahwa keselamatannya tidak terjamin. Bapak langsung tanda tangan.Di sana masih banyak pertempuran yang terjadi. Bapak tetep nekat. Kita semua pakai baju tahan peluru dan helm. Tapi Bapak nggak pakai,” ucap Saidi fotografer kepresidenan masa itu.

“Kita saja yang ikut rombongan ngeri. Tapi Bapak tenang-tenang saja. Bagi beliau hidup dan mati itu di tangan Tuhan. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa,” imbuh Saidi.

Presiden Soeharto berada di Sarajevo sekitar dua jam dan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Bosnia Alija Izetbegovic. Ketika itu, Alija sangat mengharapkan Pak Harto mengambil peranan aktif untuk mengatasi kemelut yang melanda negerinya.

Perjalanan yang penuh risiko ini dilakukan Pak Harto karena komitmennya yang kuat selaku Ketua GNB, agar bisa membantu terciptanya perdamaian di kawasan Balkan. Pak Harto berupaya keras menghentikan konflik bersenjata yang menewaskan rakyat sipil, khususnya pembantaian muslim Bosnia.

Perjalanan Soeharto ke medan perang itu, walaupun tidak diikuti dengan konperensi internasional mengenai penyelesaian masalah Bosnia seperti direncanakan, semula tetap dikenang sebagai sebuah perjalanan bersejarah. Lawatan itu akhirnya menghasilkan berdirinya sebuah mesjid megah di ibu kota Bosnia yang merupakan hasil penyaluran bantuan banyak dermawan asal Indonesia.

Sahabat Indonesia yang optimis, itulah sekelumit kisah dan kiprah ‘kepahlawanan’ Soeharto untuk dunia Islam, khususnya wilayah Bosnia Herzegovina. Mungkin banyak hal lain yang banyak kita belum tahu, saya berharap bisa menemukan ‘kebaikan-kebaikan’ lain dari sosok Seharto, menjadikan hal tersebut sebagai motivasi dan inspirasi untuk terus berbuat dan bekerja bagi kejayaan negeri.

POL.

No comments:

Post a Comment

Sorry .....
Comments received will be moderated in advance. Suggestions, Criticism and rejection can you comments it during use wise words and not SARA contains elements or word- profanity, comments will displayed.
Thanks...